Apakah anda menantu atau mertua yang baik?

Sudah dua hari ini, aku mengalami kesulitan tidur karena pengaruh obat. Malam ini aku terbangun dan entah kenapa ingin membuka account facebook ku. Kulihat salah satu temanku yang rajin menyapa sedang "online" Dan kutanyakan kenapa sekarang jarang sekali muncul di Facebook, ternyata jawaban classic dari seorang ibu rumah tangga, pembantu pulang dan tidak kembali.
Sambil ku goda, "wah kalau itu sih pembantu ku sudah tidak pernah kembali sejak aku pindah ke Australia" Dia menjawab "beda say?!" lanjutnya "Aku disini harus hidup dengan ipar iparku serta mertua dan aku harus mencuci baju mereka juga. Mesin cuci sudah rusak dan mereka tidak mau beli lagi.Aku harus mencuci dengan tangan.  Belum lagi aku harus masak untuk mereka dan mereka tidak mau kalau bumbu-bumbu di blender, katanya tidak enak" .Setelah itu aku jatuh tertidur.
Hatiku menangis membaca tulisan temanku itu saat aku terbangun. Sungguh sungguh sebuah pekerjaan rumah tangga yang sebenarnya adalah kegiatan sehari hari sekarang menjadi beban karena tidak ada kerja sama dari anggota keluarga. Hanya karena yang lain bekerja dan teman ku ini dirumah bukan berarti mereka bisa memperlakukan salah satu anggota keluarga dengan seenaknya?

Apakah ini juga sedang anda alami? ataukah anda salah satu yang beruntung bisa mendapatkan seorang pembantu yang setia.

Dalam kasus ini  saya  melihat, sebuah perkawinan bukan lagi sebuah mahligai rumah tangga antara dua orang sejoli yang saling mencintai berusaha membangun cita cita "suci" akan cinta mereka. Tetapi seperti jaman kuno dulu, seorang mantu harus berbakti kepada mertua dengan cara melayani mereka bagaikan raja. Seorang menantu wanita harus tunduk terhadap mertua dan para ipar. Bukan sebuah tempat penerimaan salah satu anggota keluarga dan saling menjaga dan menyayangi. Sehingga sering timbul image sampai sekarang kalau peran "ibu mertua" bagaikan  seorang 'ibu tiri yang tidak bisa membagi kasih sayangnya secara adil terhadap anak kandung dan anak tirinya? Padahal dijaman modern ini, banyak para wanita sudah menyadari dan berperan sebagai ibu mertua yang baik tetapi saya yakin masih banyak para calon menantu sudah ketakutan dan ber"negatif thinking" terhadap calon ibu mertua. Sehingga filter kasih sayang semakin tebal, dan mengakibatkan cinta yang tidak tulus, yang sebenarnya bisa hadir dan menciptakan rangkaian kasih sayang dalam ikatan keluarga besar?

Seandainya keluarga besar dari teman ku itu menyadari bahwa tugas rumah tangga adalah tugas bersama. Apapun alasannya, walau si teman tidak bekerja, dan mereka bekerja tapi sedikit partisipasi dalam pekerjaan rumah tangga akan meringankan dan menciptakan harmonisasi dalam hubungan keluarga. Kehadiran seorang menantu dalam keluarga besar adalah kebahagian jika masing masing pihak saling menghormati dan menyayangi setulus hati. Maka damai akan hadir dalam anggota keluarga kita. Berbakti sebagai seorang menantu, bagi saya bukan menjadi "pembantu" tetapi mencintai mertua dengan tulus dan menjadi sahabat mereka. Bagaimanapun sang mertua adalah orang tua dari suami/istri yang kita cintai. Mereka memiliki banyak handil dalam membentuk pasangan kita.Tetapi tentu saja diperlukan kerja sama dari dua belah pihak kan dan merupakan proses yang berkesinambungan?Jangan kuatir sahabat, cobalah mencintai dengan tulus walau mungkin mereka menjengkelkan maka lama kelamaan sifat mereka akan berubah walau itu diperlukan proses yang lama. Tidak ada di dunia ini yang tidak luluh karena cinta.

Salam dari Nikimall
Marla Blunt